Saatnya Fokus pada Pendidikan Berbasis Seni Budaya


Sabtu, 6 Juli 2013 Saatnya Fokus pada PendidikanBerbasis Seni Budaya


Bisakah Indonesia memberdayakan potensi seni dan budayanya sehingga mengangkat keberadaan Indonesia di pasar global? Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam sebuah perbincangan dengan wartawan seusai pembukaan pameran Craf dan Desain Interior di Jakarta Convention Center, baru-baru ini meyakinkan, potensi seni budaya Indonesia sangat luar biasa cantik dan bernilai jual tinggi. Kalau akhirnya potensi seni budaya Indonesia belum bisa memberi banyak arti dalam perolehan devisa, penyebabnya sangat banyak, salah satu diantaranya karena Indonesia cenderung belum memahami bagaimana mengemas potensi seni budaya agar bernilai jual tinggi.


"Akibatnya, potensi nilai jual tinggi seni budaya Indonesia selalu menguntungkan negara lain. Bisa begitu, karena mereka jeli dan jauh lebih cerdas bagaimana memanfaatkan potensi seni budaya, yang di pasar global selalu mempunyai pasar bagus," ujar Gita Wiryawan seraya memberi contoh, batik Indonesia yang dibeli di Bali, bisa dijual orang asing di pasar global dengan harga berkali lipat lebih tinggi dibanding harga aslinya di Bali.


Hal serupa juga berlaku untuk karya-karya seni budaya Indonesia lainnya berupa seni lukis, patung, karya musik dan naskah kuno lainnya. Dimata letak kunci kelemahan kita? "Kita cenderung menafikan pemahanan pendidikan berbasis seni budaya. Bahkan sampai sekarang pendidikan yang mengupas tuntas hal ikhwal seni budaya Indonesia masih relatif jarang, atau bahkan bisa dibilang tidak ada. Padahal, menurut Gita Wirjawan, letak keberhasilan Korea Selatan sehingga bisa menguasai dunia melalui karya-karya seni budayanya,karena mereka sejak lama sudah mengajarkan pendidikan berbasiskan seni budaya. "Musik-musik karya musisi Psy seperti "Gangnam Style" kemudian "Gentleman" yang sekarang mendunia dan disukai warga di berbagia negara, merupakan salah satu contoh keberhasilan Korea menerapkan pendidikan berbasis seni budaya sejak usia kanak-kanak," ujar Gita Wiryawan yang juga dikenal sebagai musisi dan produser musik itu. Lalu, terlambatkah Indonesia mengembangkan pendidkan berbasiskan seni budaya? Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasiskan Seni Budaya pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Prof Dr HM Ahman Sya, yakin sekali tidak ada kata terlambat dalam pengembangan dunia pendidikan.Juga tidak ada kata terlambat, untuk mempelajari ilmu tersebut. Berbincang dengan Suara Karya menjelang pembukaan Workshop Pergelaran Musik Islami, Seni Membatik dan Berbusana Muslimah kepada pelajar dan peserta Pekan Olahraga Seni Antar Pondok Pesantren Tingkat Nasional ke-6 di IAIN Gorontalo, baru-baru ini, Prof Dr HM Ahman Sya meyakinkan bahwa Indonesia masih berpeluang memetik sejumlah keuntungan jika mulai dari sekarang focus mengembangkan pendidikan berbasiskan seni budaya. Keuntungan yang diperoleh Indonesia jika sejak sekarang memusatkan perhatian pada pemberdayaan pendidikan berbasis antara lain karena sekarang masyarakat Indonesia sedang bersemangat maju melalui berbagai cara, termasuk melalui hasil-hasil seni budaya. Semangat itu dinilai Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasiskan Seni Budaya akan memudahkan siapa saja menyerap ilmu itu, lalu mengembangkannya di lapangan. "Lihat saja semangat para seniman musik, sutradara film, termasuk seniman teater dan seni pertunjukan lainnya, belakangan semua makin semangat tampil menjual karya-karya seninya dipasar global. Mereka semantgat menampilkan karya-karya unggulan di luar negeri. Jika pemahaman pendidikan berbasis seni budaya sudah merata, bukan tidak mungkin Indonesia pun akan memetik keberhasilan serupa yang diraih Korea selama ini," ujar Ahman Sya. Mantan rektor pada sebuah perguruan di Bandung yang juga telah menulis 16 judul buku itu menegaskan, untuk meraih hasil maksimal pemberdayaan pendidikan berbasis seni budaya, memang butuh waktu dan keteraturan menjalankan program sosialisasinya ke berbagai kalangan. "Jika berbagai usaha terus dilakukan secara bersama-sama dan semua focus sejak sekarang, mimpi Indonesia berhasil memberdayakan potensi seni budayanya akan terwujud. Saya yakin itu," lanjut Ahman Sya. "Saya juga sangat setuju, terhadap apa yang dituturkan Pak Menteri Gita Wirjawan bahwa kita punya potensi seni budaya yang luar biasa cantik dan bernilaijual tinggi di pasar global. Tetapi kita cenderung menafikan pendidikan berbasis seni budaya. Pak Gita itu orang yang cerdas, dan bisa melihat Indonesia maju dari berbagai peluang, termasuk dari bidang pemberdayaan seni budaya. Sesungguhnya, saya pun berkeyakinan demikian. Makanya melalui buku-buku yang saya tulis selama ini, saya sudah menyinggung pentingnya kita focus pada pendidikan berbasis seni budaya," tuturnya. Menurut Ahman Sya yang baru sekitar 6 bulan menjalani tugas sebagai Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasiskan Seni Budaya di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengajarkan pendidikan Berbasis Seni Budaya sangat mudah, praktis dan menyenangkan. Menerapkan pendidikan itu tidak perlu dengan cara menambah kurikulum baru, apalagi menambahkannya sebagai pelajaran teori yang sangat serius. Para siswa di sekolah mana saja di tanah air pada saat ini, dinilai oleh Prof Dr HM Ahman Sya, jadwal pelajaran sehari-harinya sudah dipadatkan dengan jam-jam belajar teori yang sangat beragam dan padat. Akibatnya, anak didik kita dewasa ini menjadi sangat serius pada pelajaran non seni budaya. Jadi, pelajaran tentang seni budaya cukup diberikan secara santai, dan rileks saja, tapi tetap focus, dan bisa memancing anak-anak kreatif bagaimana mereka menciptakan seni-seni pertunjukan yang menarik. (Ami Herman)
thumbnail
Judul: Saatnya Fokus pada Pendidikan Berbasis Seni Budaya
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait Kebudayaan :

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Bamz